Contoh Fi’il Mudhari dalam Al-Qur’an

Diposting pada

Apa itu Fi’il Mudhari?

Fi’il Mudhari adalah kata kerja bentuk lampau dalam bahasa Arab. Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak contoh Fi’il Mudhari yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada umat manusia. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa contoh Fi’il Mudhari yang sering muncul dalam Al-Qur’an.

1. Fi’il Mudhari “Aqra’a”

Fi’il Mudhari “Aqra’a” berasal dari kata kerja “qara’a” yang berarti “membaca”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-‘Alaq ayat 1-5, di mana Allah SWT berfirman:

“Bacalah (Aqra’a) dengan (nama) Tuhanmu yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah (Aqra’a), dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.”

Dalam ayat ini, Allah menginstruksikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan manusia. Pesan ini menekankan pentingnya membaca dan mencari ilmu.

2. Fi’il Mudhari “Yuhyi”

Fi’il Mudhari “Yuhyi” berasal dari kata kerja “ahya” yang berarti “menghidupkan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 28, di mana Allah SWT berfirman:

“Bagaimana kamu mengingkari Allah, padahal kamu mati, lalu Dia menghidupkan (Yuhyi) kamu, kemudian Dia mematikan (tamatkan) kamu, kemudian Dia menghidupkan (Yuhyi) kamu, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Dalam ayat ini, Allah menyampaikan keajaiban penciptaan-Nya dan kekuasaan-Nya untuk menghidupkan dan mematikan manusia. Pesan ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas kehidupan yang diberikan-Nya.

3. Fi’il Mudhari “Yakhluqu”

Fi’il Mudhari “Yakhluqu” berasal dari kata kerja “khalaqa” yang berarti “menciptakan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-An’am ayat 102, di mana Allah SWT berfirman:

“Demikianlah Allah, Tuhanmu, yang menciptakan (Yakhluqu) segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan (dari ketauhidan)?”

Pada ayat ini, Allah menunjukkan keagungan-Nya sebagai Pencipta dan mengingatkan manusia untuk tidak menyekutukan-Nya dengan tuhan-tuhan palsu.

4. Fi’il Mudhari “Yab’ath”

Fi’il Mudhari “Yab’ath” berasal dari kata kerja “ba’atha” yang berarti “menghidupkan kembali” atau “membangkitkan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 73, di mana Allah SWT berfirman:

“Kami bangkitkan (Yab’ath) kamu sesudah kamu mati, mudah-mudahan kamu bersyukur.”

Allah SWT mengingatkan manusia akan kehidupan setelah mati dan menjelaskan bahwa Dia memiliki kuasa untuk membangkitkan mereka kembali. Pesan ini mengajarkan kita tentang keadilan Allah dan pentingnya persiapan untuk kehidupan akhirat.

5. Fi’il Mudhari “Yanshur”

Fi’il Mudhari “Yanshur” berasal dari kata kerja “nashara” yang berarti “menolong” atau “membantu”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Fath ayat 3, di mana Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, agar Allah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu, memberi petunjuk ke jalan yang lurus, dan Allah akan menolong (Yanshur)mu dengan pertolongan yang besar.”

Dalam ayat ini, Allah menjanjikan pertolongan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dan umat Islam. Pesan ini menguatkan kepercayaan umat Islam bahwa Allah senantiasa siap membantu mereka dalam menghadapi segala kesulitan.

6. Fi’il Mudhari “Yad’u”

Fi’il Mudhari “Yad’u” berasal dari kata kerja “da’wa” yang berarti “berdoa” atau “memohon”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Yunus ayat 85-86, di mana Allah SWT berfirman:

“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah (Yad’u) kepada-Ku, pasti akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Dalam ayat ini, Allah mengajak manusia untuk berdoa kepada-Nya dan meyakinkan bahwa Dia akan mengabulkan doa mereka. Pesan ini mengingatkan kita akan kekuasaan Allah dan pentingnya berkomunikasi dengan-Nya melalui doa.

7. Fi’il Mudhari “Yaj’al”

Fi’il Mudhari “Yaj’al” berasal dari kata kerja “ja’ala” yang berarti “menjadikan” atau “menciptakan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Muzzammil ayat 20, di mana Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya, dan juga segolongan besar dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menentukan malam dan siang. Dia mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menhitungnya, maka Dia mengampuni kamu. Maka bacalah (mengkaji dan memperhatikan) apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antaramu orang-orang yang sakit-sakitan, dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang lain yang berperang di jalan Allah. Maka bacalah (mengkaji dan memperhatikan) apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan pinjamkanlah kepada Allah pinjaman yang baik. Apa saja kebaikan yang kamu perbuat untuk dirimu sendiri, niscaya kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah, yang lebih baik dan lebih besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dalam ayat ini, Allah mengatur tata cara ibadah dan menekankan pentingnya membaca Al-Qur’an, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan berbuat kebaikan kepada sesama. Pesan ini mengajarkan umat Islam untuk hidup berdasarkan ajaran-Nya dan berbuat baik dalam segala aspek kehidupan.

8. Fi’il Mudhari “Yudrik”

Fi’il Mudhari “Yudrik” berasal dari kata kerja “daraba” yang berarti “mencapai” atau “menyentuh”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 187, di mana Allah SWT berfirman:

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puramadhan berhubungan dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu selalu membohongi dirimu sendiri, maka Allah telah menerima tobatmu dan telah memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam. Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”

Dalam ayat ini, Allah mengatur tata cara berhubungan intim antara suami dan istri selama bulan Ramadan. Pesan ini mengajarkan umat Islam untuk menjaga batas-batas yang ditetapkan oleh Allah dan beribadah dengan sepenuh hati selama bulan suci.

9. Fi’il Mudhari “Yushrik”

Fi’il Mudhari “Yushrik” berasal dari kata kerja “syirik” yang berarti “menduakan Allah” atau “menyekutukan Allah”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Luqman ayat 13, di mana Allah SWT berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah (syirik) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’

Dalam ayat ini, Luqman memberikan nasihat kepada anaknya untuk menjauhi perbuatan syirik dan menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan palsu. Pesan ini mengingatkan umat Islam akan pentingnya tauhid dalam menjalani kehidupan mereka.

10. Fi’il Mudhari “Yusaddiq”

Fi’il Mudhari “Yusaddiq” berasal dari kata kerja “saddaqa” yang berarti “membenarkan” atau “meyakini”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 91, di mana Allah SWT berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika ia (Nabi Musa) berkata kepada kaumnya: ‘Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri dengan menjadikan anak lembu (sebagai tuhan) maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menciptakanmu, kemudian bunuhlah dirimu (bunuh diri dengan membunuh orang yang menyembah anak lembu). Itulah yang lebih baik bagimu di sisi Tuhanmu.’ Maka Dia menerima taubatmu; sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang.”

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan umat Bani Israel tentang kesalahan mereka dalam menyembah anak lembu dan mengajak mereka untuk bertaubat dan kembali kepada Allah. Pesan ini mengajarkan kita betapa pentingnya memperbaiki kesalahan dan membenarkan keyakinan kita kepada Allah semata.

11. Fi’il Mudhari “Yumit”

Fi’il Mudhari “Yumit” berasal dari kata kerja “amata” yang berarti “mematikan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Mu’minun ayat 15, di mana Allah SWT berfirman:

Baca Juga:  Jadwal Dokter Hermina Solo

“Kemudian Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk (yang) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang Paling Baik. Kemudian sesungguhnya kamu sesudah itu tentu akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu akan dibangkitkan pada hari kiamat.”

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan proses penciptaan manusia dari awal pembuahan hingga menjadi makhluk yang hidup. Pesan ini mengingatkan kita akan kebesaran Allah sebagai Pencipta dan kepastian akan kematian dan kehidupan akhirat.

12. Fi’il Mudhari “Yudabbir”

Fi’il Mudhari “Yudabbir” berasal dari kata kerja “dabbara” yang berarti “mengatur” atau “mengendalikan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Mu’minun ayat 80, di mana Allah SWT berfirman:

“Dan Allah-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, kemudian Dia menjadikan kamu pasangan-pasangan. Dan tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak (pula) dikurangkan umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan tentang kekuasaan-Nya dalam menciptakan manusia dan mengatur takdir serta masa hidup setiap individu. Pesan ini mengajarkan kita untuk percaya pada ketetapan Allah dan menjalani hidup dengan penuh kepasrahan kepada-Nya.

13. Fi’il Mudhari “Yaghfir”

Fi’il Mudhari “Yaghfir” berasal dari kata kerja “ghafara” yang berarti “mengampuni”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 199, di mana Allah SWT berfirman:

“Kemudian berangkatlah kamu dari tempat berhaji itu sedang kamu berpaling dari tempatmu berdiri (Arafah), dan mohonlah ampun kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan umat Islam untuk memohon ampunan-Nya setelah menyelesaikan ibadah haji di Arafah. Pesan ini mengajarkan kita tentang pentingnya memohon ampunan Allah dan memperbaiki diri setelah melakukan kesalahan atau dosa.

14. Fi’il Mudhari “Yudzakkir”

Fi’il Mudhari “Yudzakkir” berasal dari kata kerja “dakkara” yang berarti “mengingatkan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18, di mana Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya mengumpulkan (membacakan) Al-Qur’an itu adalah kewajiban Kami. Maka apabila Kami telah membacakan (mengingatkan) Al-Qur’an kepada kamu, maka ikutilah bacaan itu. Kemudian kewajiban Kami adalah menjelaskannya kepada kamu.”

Dalam ayat ini, Allah menekankan pentingnya mengingatkan umat Islam melalui pembacaan dan pemahaman Al-Qur’an. Pesan ini mengajarkan kita untuk selalu berpegang teguh pada ajaran-Nya dan menyebarkan kebenaran kepada orang lain.

15. Fi’il Mudhari “Yumakkin”

Fi’il Mudhari “Yumakkin” berasal dari kata kerja “makana” yang berarti “menetapkan” atau “mendirikan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 22, di mana Allah SWT berfirman:

“Yang menjadikan bumi itu bagi kamu sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan dia Kami tumbuhkan segala macam tumbuhan yang indah-indah.”

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan kekuasaan-Nya dalam menciptakan bumi sebagai tempat tinggal manusia dan langit sebagai atap yang melindungi. Allah juga mengirimkan air hujan untuk menyuburkan tanaman. Pesan ini mengajarkan kita untuk bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan dan menjaga kelestarian alam.

16. Fi’il Mudhari “Yazrib”

Fi’il Mudhari “Yazrib” berasal dari kata kerja “zaraba” yang berarti “menyebarkan” atau “menjelaskan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 26, di mana Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka tahu bahwa itulah yang benar dari Tuhan mereka. Adapun orang-orang yang kafir, maka mereka bertanya: ‘Apakah maksud Allah dengan perumpamaan ini?’ Dengan perumpamaan itu banyak dijauhkan Allah dari mereka (kebenaran) dan banyak pula didekatkan-Nya kepada mereka (kebenaran). Dan tidaklah sesat dengan perumpamaan itu melainkan orang-orang yang fasik.”

Dalam ayat ini, Allah menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran kepada orang-orang yang beriman. Namun, orang-orang yang kafir tidak memahaminya dan bertanya tentang maksud perumpamaan tersebut. Pesan ini mengajarkan kita bahwa kebenaran seringkali disampaikan melalui perumpamaan dan hanya orang-orang yang beriman yang dapat memahaminya.

17. Fi’il Mudhari “Yubayyin”

Fi’il Mudhari “Yubayyin” berasal dari kata kerja “bayyana” yang berarti “menerangkan” atau “memperjelas”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 75, di mana Allah SWT berfirman:

“Maka, keadaan hati kamu sesudah itu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi, karena sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang pecah lantaran mengalirinya sungai-sungai, bahkan sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang retak lalu keluar air, dan sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang runtuh karena takut kepada Allah. Dan tidaklah Allah lengah dari apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat ini, Allah memberikan perumpamaan tentang keadaan hati yang keras dan sulit untuk menerima kebenaran. Allah menjelaskan bahwa di antara batu-batu yang keras juga terdapat yang pecah lantaran mengalirinya sungai, retak yang mengeluarkan air, dan runtuh karena takut kepada Allah. Pesan ini mengajarkan kita untuk memiliki hati yang terbuka dan menerima kebenaran dengan lapang dada.

18. Fi’il Mudhari “Yufassir”

Fi’il Mudhari “Yufassir” berasal dari kata kerja “fassara” yang berarti “menguraikan” atau “menjelaskan secara rinci”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Isra ayat 12, di mana Allah SWT berfirman:

“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran-Nya), kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang (yang terang benderang), supaya kamu mencari karunia dari Tuhanmu dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan Kami jelaskan (fassara) tanda-tanda (kebesaran-Ku) itu kepada orang-orang yang memahami.”

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan tentang keberadaan malam dan siang sebagai tanda kebesaran-Nya dan sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencari karunia dan menghitung waktu. Allah menjelaskan tanda-tanda tersebut kepada orang-orang yang memahami. Pesan ini mengajarkan kita untuk memperhatikan dan menghargai tanda-tanda kebesaran Allah di sekitar kita.

19. Fi’il Mudhari “Yutlab”

Fi’il Mudhari “Yutlab” berasal dari kata kerja “talaba” yang berarti “mencari” atau “mengusahakan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 186, di mana Allah SWT berfirman:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku ini dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, supaya mereka selalu dalam kebenaran.”

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa Dia dekat dengan hamba-hamba-Nya dan akan mengabulkan doa mereka jika mereka memohon kepada-Nya. Allah meminta agar hamba-hamba-Nya memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya agar selalu berada dalam kebenaran. Pesan ini mengajarkan kita untuk mencari dan mendekatkan diri kepada Allah dengan memenuhi perintah-Nya dan beriman dengan tulus.

20. Fi’il Mudhari “Yufsid”

Fi’il Mudhari “Yufsid” berasal dari kata kerja “fasada” yang berarti “membuat kerusakan” atau “membuat kacau”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 11, di mana Allah SWT berfirman:

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di bumi’, mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami ini orang-orang yang mengadakan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.”

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan umat manusia untuk tidak membuat kerusakan di bumi. Namun, ada orang-orang yang mengaku sebagai pembuat perbaikan, padahal mereka justru yang membuat kerusakan tanpa menyadarinya. Pesan ini mengajarkan kita untuk bertanggung jawab dalam menjaga dan merawat lingkungan serta masyarakat agar tidak membuat kerusakan.

21. Fi’il Mudhari “Yanshur”

Fi’il Mudhari “Yanshur” berasal dari kata kerja “nashara” yang berarti “menolong” atau “membantu”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Hajj ayat 40, di mana Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah menolong (Yanshur) orang-orang yang menolong-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa Dia akan menolong orang-orang yang menolong-Nya. Pesan ini mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik kepada sesama dan membantu mereka dalam kesulitan, karena Allah akan memberikan pertolongan-Nya kepada kita.

22. Fi’il Mudhari “Yanshur”

Fi’il Mudhari “Yanshur” berasal dari kata kerja “nashara” yang berarti “menolong” atau “membantu”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Hajj ayat 40, di mana Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah menolong (Yanshur) orang-orang yang menolong-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa Dia akan menolong orang-orang yang menolong-Nya. Pesan ini mengajarkan kita untuk selalu berbuatbaik kepada sesama dan membantu mereka dalam kesulitan, karena Allah akan memberikan pertolongan-Nya kepada kita.

Baca Juga:  Isim Dhomir Adalah: Pengertian, Fungsi, dan Contoh dalam Bahasa Indonesia

23. Fi’il Mudhari “Yahdi”

Fi’il Mudhari “Yahdi” berasal dari kata kerja “hada” yang berarti “membimbing” atau “menunjukkan jalan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 213, di mana Allah SWT berfirman:

“Manusia itu adalah umat yang satu. Dan Allah mengutus rasul-rasul sebagai pemberi kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama dengan mereka Al-Kitab yang hak, untuk memutuskan perkara di antara manusia tentang apa yang mereka perselisihkan. Dan tidaklah berselisih tentang Al-Kitab itu, melainkan orang-orang yang diberi Al-Kitab, sesudah datang kepada mereka pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Dan barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah cepat hisab.”

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Dia mengutus rasul-rasul untuk membimbing manusia dan menunjukkan jalan yang benar. Allah juga menurunkan Kitab-Nya sebagai pedoman untuk memutuskan perselisihan di antara manusia. Pesan ini mengajarkan kita untuk mengikuti petunjuk Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menghormati peran para rasul-Nya dalam membimbing umat manusia.

24. Fi’il Mudhari “Yakhaf”

Fi’il Mudhari “Yakhaf” berasal dari kata kerja “khafa” yang berarti “takut” atau “khawatir”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 197, di mana Allah SWT berfirman:

“Haji adalah bulan-bulan yang telah ditentukan, maka barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu untuk mengerjakan haji, maka janganlah ia berhubungan seksual, berbuat kejahatan dan berbantah-bantahan di dalam haji. Dan apa yang kamu perbuat dari kebajikan, maka Allah mengetahuinya. Berhaji bagi mereka adalah kewajiban terhadap Allah, yaitu bagi orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa kafir (mengingkari haji), maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (haji) dari seluruh alam.”

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan umat Islam tentang aturan-aturan yang harus diikuti selama ibadah haji. Allah juga menyebutkan bahwa orang yang berhaji harus menjauhi perbuatan maksiat dan perselisihan. Pesan ini mengajarkan kita untuk menjalankan ibadah dengan kesucian hati dan menjaga kehormatan serta menjauhi segala bentuk maksiat selama menjalankan ibadah tersebut.

25. Fi’il Mudhari “Yakmur”

Fi’il Mudhari “Yakmur” berasal dari kata kerja “kamara” yang berarti “mengutus” atau “mengirimkan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-A’raf ayat 133, di mana Allah SWT berfirman:

“Maka Kami timpakan kepada mereka azab yang keras, disebabkan kezaliman mereka. Dan mereka tidak bertolak kecuali dengan izin Allah. Dan azab yang keras itu adalah bagi orang-orang yang kafir.”

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa Dia mengutus azab yang keras kepada orang-orang yang berlaku zalim. Mereka tidak dapat menghindar dari azab tersebut kecuali dengan izin Allah. Pesan ini mengajarkan kita untuk takut akan azab Allah dan menjauhi perbuatan zalim agar terhindar dari siksa-Nya.

26. Fi’il Mudhari “Yunfik”

Fi’il Mudhari “Yunfik” berasal dari kata kerja “anfaqa” yang berarti “membelanjakan” atau “menafkahkan”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 267, di mana Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (yunfik) sebahagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Dalam ayat ini, Allah mengajak orang-orang yang beriman untuk menyisihkan sebagian dari hasil usaha mereka dan sebagian dari rezeki yang diberikan-Nya untuk dikeluarkan di jalan-Nya. Allah melarang mereka memilih yang buruk-buruk untuk dikeluarkan dan mengingatkan mereka bahwa Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji. Pesan ini mengajarkan kita untuk berderma dan bersedekah dengan ikhlas dan memilih yang terbaik dari harta yang kita miliki.

27. Fi’il Mudhari “Yajma”

Fi’il Mudhari “Yajma” berasal dari kata kerja “jama’a” yang berarti “mengumpulkan” atau “menghimpun”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Hashr ayat 18, di mana Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Bukanlah sama orang-orang yang berbuat kejahatan dengan orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka itu adalah golongan yang berbeda. Jika kamu memperhatikan (apa yang telah diperbuat) oleh orang-orang yang berbuat kebaikan, kamu akan mengetahui bahwa orang-orang yang bertaqwa itu benar-benar beruntung. Dan janganlah kamu meminta kepada Allah apa yang tidak kamu kuasa, dan jika kamu meminta (sesuatu) kepada-Nya, maka penuhilah janji-Nya. Sesungguhnya (janji) Allah benar-benar mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan orang-orang yang beriman untuk bertaqwa dan memperhatikan amal perbuatan mereka untuk hari esok. Allah juga menekankan pentingnya mengingat Allah agar tidak lupa kepada-Nya. Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang berbuat kebaikan dan bertaqwa akan beruntung, sedangkan orang-orang yang berbuat kejahatan adalah golongan yang berbeda. Allah juga mengajarkan kita untuk memohon kepada-Nya dengan memenuhi janji-Nya. Pesan ini mengajarkan kita untuk hidup dengan penuh taqwa dan menjaga janji-janji yang kita buat dengan Allah.

28. Fi’il Mudhari “Yudzillu”

Fi’il Mudhari “Yudzillu” berasal dari kata kerja “dzalla” yang berarti “menyesatkan” atau “menyimpang”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Anfal ayat 22, di mana Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya setan itu tidak ada kuasa menyesatkan orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabb-nya.”

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa setan tidak memiliki kuasa untuk menyesatkan orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah. Pesan ini mengajarkan kita untuk memperkuat iman danbertawakal kepada Allah agar terhindar dari tipu daya setan. Allah akan melindungi orang-orang yang teguh dalam iman dan mengandalkan-Nya.

29. Fi’il Mudhari “Yakhfa”

Fi’il Mudhari “Yakhfa” berasal dari kata kerja “khafa” yang berarti “tersembunyi” atau “tersembunyi”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Hadid ayat 6, di mana Allah SWT berfirman:

“Dia-lah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke langit, dan Dia beserta kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Dia mengetahui segala yang tersembunyi, baik yang ada di dalam bumi maupun yang ada di langit. Allah berada di atas ‘Arsy dan Dia menyaksikan segala perbuatan yang kita lakukan. Pesan ini mengajarkan kita untuk berhati-hati dan bertanggung jawab atas setiap tindakan kita, karena Allah mengetahui semua yang tersembunyi.

30. Fi’il Mudhari “Yubayyin”

Fi’il Mudhari “Yubayyin” berasal dari kata kerja “bayyana” yang berarti “menerangkan” atau “memperjelas”. Contoh penggunaan Fi’il Mudhari ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Hadid ayat 25, di mana Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang jelas dan Kami telah menurunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan), supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami telah menciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya (agama-Nya) walaupun Dia tidak tampak bagi manusia. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa Dia mengutus rasul-rasul-Nya dengan membawa bukti-bukti yang jelas dan menurunkan Al-Kitab sebagai petunjuk bagi manusia. Allah juga menciptakan besi dengan kekuatan yang hebat dan manfaat yang beragam untuk manusia. Pesan ini mengajarkan kita untuk mengikuti petunjuk yang jelas yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menggunakan sumber daya yang Allah ciptakan dengan bijaksana.

Kesimpulan

Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak contoh Fi’il Mudhari yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada umat manusia. Contoh-contoh tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti membaca Al-Qur’an, menghidupkan kembali, menciptakan, membangkitkan, menolong, berdoa, dan banyak lagi. Allah menggunakan Fi’il Mudhari untuk membimbing dan mengajarkan umat manusia tentang cara hidup yang baik dan benar.

Fi’il Mudhari dalam Al-Qur’an memberikan panduan dan petunjuk yang jelas bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan mereka. Melalui contoh-contoh ini, Allah mengajarkan nilai-nilai kebaikan, keadilan, ketakwaan, dan ketaqwaan kepada-Nya. Penting bagi kita untuk memahami dan mengaplikasikan ajaran-ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai keberkahan dan mendapatkan keridhaan Allah.

Oleh karena itu, mari kita selalu merujuk kepada Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk dan mengambil contoh dari Fi’il Mudhari yang terdapat dalamnya. Dengan demikian, kita dapat meningkatkan pemahaman kita tentang agama dan mengarahkan hidup kita sesuai dengan kehendak Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *