Yang Tidak Termasuk Sifat Koligatif Larutan Adalah

Diposting pada

Pendahuluan

Dalam kimia, sifat koligatif larutan merujuk pada perubahan yang terjadi pada larutan ketika zat terlarut ditambahkan ke dalam pelarut. Ada beberapa sifat koligatif yang umumnya diamati, seperti penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan peningkatan osmotik. Namun, tidak semua zat atau senyawa menunjukkan sifat-sifat ini. Pada artikel ini, kita akan membahas beberapa contoh zat yang tidak termasuk sifat koligatif larutan.

1. Zat Terlarut yang Tidak Membentuk Partikel Terpisah

Salah satu alasan mengapa larutan dapat menunjukkan sifat koligatif adalah karena zat terlarut dalam larutan membentuk partikel terpisah. Namun, ada beberapa zat terlarut yang tidak membentuk partikel terpisah ketika ditambahkan ke dalam pelarut. Contohnya adalah gula (sukrosa). Ketika gula dilarutkan dalam air, ia tidak membentuk partikel terpisah seperti yang terjadi dengan senyawa ionik atau senyawa kovalen polar. Oleh karena itu, sifat koligatif seperti penurunan tekanan uap tidak terjadi pada larutan gula.

Baca Juga:  Kode Pos Baruga: Mempermudah Pencarian Alamat di Baruga

2. Zat Terlarut yang Terikat dalam Struktur Kristal

Beberapa zat terlarut memiliki struktur kristal yang kuat dan terikat secara kovalen atau ionik. Ketika zat terlarut seperti ini dilarutkan dalam pelarut, partikel-partikel terlarut tetap terikat dalam struktur kristalnya. Contoh zat terlarut yang termasuk dalam kategori ini adalah garam (natrium klorida). Pada larutan garam, partikel-partikel Na+ dan Cl- masih terikat dalam bentuk ion-ion dalam struktur kristal, sehingga tidak menunjukkan sifat koligatif seperti penurunan titik beku atau kenaikan titik didih.

3. Zat Terlarut dengan Massa Molekul Besar

Sifat koligatif larutan juga dipengaruhi oleh massa molekul zat terlarut. Semakin besar massa molekul zat terlarut, semakin kecil pengaruhnya terhadap sifat koligatif larutan. Misalnya, polimer seperti polietilen glikol memiliki massa molekul yang sangat besar. Ketika polietilen glikol dilarutkan dalam air, partikel-partikel polimer tersebut sangat besar sehingga tidak dapat dengan mudah meningkatkan tekanan uap atau menurunkan titik beku air.

4. Zat Terlarut dengan Ikatan Hidrogen yang Kuat

Ikatan hidrogen adalah ikatan antara atom hidrogen dengan atom nitrogen, oksigen, atau fluorin. Beberapa senyawa yang memiliki ikatan hidrogen yang kuat, seperti asam asetat atau etanol, tidak menunjukkan sifat koligatif yang signifikan. Ini disebabkan oleh kekuatan ikatan hidrogen yang membatasi perubahan pada tekanan uap atau titik beku larutan.

Baca Juga:  Dompet Mudah: Legal atau Illegal?

5. Zat Terlarut yang Mengalami Reaksi Kimia dengan Pelarut

Beberapa zat terlarut dapat mengalami reaksi kimia dengan pelarut, yang mengubah sifat koligatif larutan. Sebagai contoh, ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam air, reaksi kimia antara asam sulfat dan air terjadi, membentuk ion-ion hidrogen dan sulfat. Reaksi ini mengubah sifat koligatif larutan dan mengurangi pengaruh asam sulfat terhadap penurunan tekanan uap atau peningkatan titik didih.

Kesimpulan

Tidak semua zat atau senyawa menunjukkan sifat koligatif larutan. Beberapa zat terlarut tidak membentuk partikel terpisah, terikat dalam struktur kristal, memiliki massa molekul besar, memiliki ikatan hidrogen yang kuat, atau mengalami reaksi kimia dengan pelarut. Penting untuk memahami bahwa sifat koligatif larutan dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan tidak semua zat terlarut akan mempengaruhinya dengan cara yang sama. Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih memahami sifat dan perilaku larutan dalam konteks kimia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *