Geguritan adalah salah satu bentuk puisi tradisional Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri. Puisi ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan biasanya menggambarkan cerita atau perasaan tertentu. Apa yang membuat geguritan menarik adalah gaya bahasanya yang indah dan penuh makna.
Secara harfiah, “apa kang diarani geguritan” berarti “apa yang disebut geguritan”. Hal ini menunjukkan bahwa geguritan adalah sebuah istilah yang dikenal dan diakui dalam dunia puisi Jawa. Namun, apa sebenarnya yang membuat geguritan begitu istimewa?
Keunikan Geguritan
Geguritan memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari puisi-puisi lainnya. Pertama, geguritan ditulis dalam bentuk tembang macapat, yaitu susunan bait-bait yang terdiri dari beberapa baris. Setiap bait biasanya terdiri dari delapan suku kata.
Kedua, geguritan memiliki pola penulisan yang khas. Puisi ini ditulis dengan menggunakan aksara Jawa, sehingga hanya bisa dibaca oleh mereka yang familiar dengan sistem tulisan tersebut. Hal ini menjadikan geguritan sebagai warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya.
Tujuan Geguritan
Geguritan memiliki beragam tujuan, tergantung pada tema dan konteksnya. Beberapa geguritan ditulis untuk mengungkapkan perasaan cinta, sedangkan yang lainnya digunakan untuk menggambarkan keindahan alam atau mencerminkan nilai-nilai kehidupan.
Selain itu, geguritan juga sering digunakan sebagai sarana pendidikan dan penyampaian pesan moral. Lewat bait-baitnya yang indah dan penuh makna, geguritan mampu mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada pembaca atau pendengarnya.
Contoh Geguritan
Berikut ini adalah contoh geguritan yang menggambarkan keindahan alam:
“Munggah gunung gedhe mbangun tiyang,Wiji kang melik wujudaken bayang,Sawah kemuning becik meneng langit,Banyu segara nyatane tumraping batin.”
Dalam geguritan tersebut, pengarang menggambarkan keindahan gunung, air laut, dan sawah dengan kata-kata yang indah. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kebesaran alam dan menghargai keindahannya.
Keberlanjutan Geguritan
Meskipun geguritan merupakan puisi tradisional Jawa, namun keberlanjutannya tidak boleh diremehkan. Saat ini, masih banyak pengarang dan seniman yang menciptakan dan menyajikan geguritan dalam berbagai acara budaya atau pertunjukan seni.
Tidak hanya itu, geguritan juga semakin dikenal di dunia maya. Banyak blog dan situs web yang memuat geguritan dengan harapan dapat memperkenalkan dan melestarikan karya-karya sastra Jawa kepada khalayak yang lebih luas.
Kesimpulan
Geguritan adalah puisi tradisional Jawa yang memiliki keunikan dan keindahan tersendiri. Dalam geguritan, kita dapat menemukan keindahan bahasa Jawa, nilai-nilai kehidupan, dan cerita yang mendalam. Keberlanjutan geguritan sangat penting untuk melestarikan budaya Jawa dan mengenalkan karya-karya sastra ini kepada generasi muda.