Arti Ittiba al Hawa dalam Islam: Mengikuti Kemauan Nafsu atau Mengikuti Petunjuk Allah?

Diposting pada

Ittiba al Hawa adalah istilah dalam bahasa Arab yang secara harfiah berarti mengikuti hawa nafsu. Dalam konteks agama Islam, ittiba al hawa merujuk pada tindakan mengikuti atau mentaati keinginan dan kehendak nafsu, tanpa mempertimbangkan petunjuk dan perintah Allah. Hal ini sering kali dianggap sebagai sikap yang bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya mengikuti petunjuk Allah dan menjauhi hawa nafsu.

Apakah Ittiba al Hawa Mencerminkan Ketidaktaatan Terhadap Allah?

Dalam agama Islam, mengikuti hawa nafsu dianggap sebagai tindakan yang tidak patuh terhadap perintah Allah. Allah SWT dalam Al-Qur’an mengingatkan umat manusia untuk menjauhi hawa nafsu dan mengikuti petunjuk-Nya. Dalam Surat Al-Jathiyah ayat 23, Allah berfirman, “Apakah kamu tidak melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, padahal Allahlah yang menyesatkannya disebabkan oleh ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang dapat memberi petunjuk kepadanya sesudah Allah (menyesatkannya)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

Ittiba al Hawa dapat terjadi ketika seseorang lebih memilih untuk mengikuti keinginan dan kehendak pribadinya, meskipun bertentangan dengan ajaran agama. Contohnya adalah ketika seseorang melakukan perbuatan dosa, seperti berzinah, meminum minuman keras, atau berbuat curang, karena mengikuti keinginan nafsu yang tidak terkontrol. Hal ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang menegaskan bahwa Allah SWT melarang segala bentuk kemaksiatan.

Ittiba al Hawa: Ancaman bagi Keselamatan Rohani

Mengikuti hawa nafsu dalam agama Islam dianggap sebagai ancaman bagi keselamatan rohani seseorang. Ketika seseorang terus-menerus mengikuti hawa nafsunya, dia akan cenderung menjauh dari petunjuk Allah dan memperoleh kepuasan semu yang tidak bertahan lama. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.

Baca Juga:  Apocalypse Menceritakan Tentang

Ittiba al Hawa juga dapat menghancurkan hubungan seseorang dengan Allah. Ketika seseorang lebih mementingkan keinginan nafsunya daripada mengikuti petunjuk Allah, dia akan semakin menjauh dari-Nya. Qur’an Surat Al-Furqan ayat 43 menggambarkan kesulitan yang dihadapi oleh orang-orang yang mengikuti hawa nafsu, “Apakah kamu tidak melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, padahal Allahlah yang telah menyesatkannya disebabkan oleh ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang dapat memberi petunjuk kepadanya sesudah Allah (menyesatkannya)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

Ittiba al Hawa: Mengapa Orang Cenderung Mengikutinya?

Ada beberapa alasan mengapa orang cenderung mengikuti hawa nafsu, meskipun mereka menyadari bahwa itu bertentangan dengan ajaran agama. Beberapa alasan tersebut antara lain:

1. Dorongan Diri yang Kuat: Manusia memiliki kecenderungan alami untuk mengikuti keinginan dan kehendak dirinya sendiri. Keinginan untuk memperoleh kepuasan dan kenikmatan segera sering kali mengalahkan keinginan untuk berbuat baik dan mengikuti petunjuk Allah.

2. Pengaruh Lingkungan: Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi seseorang untuk mengikuti hawa nafsu. Jika seseorang berada di dalam lingkungan yang tidak mendukung praktik agama dan lebih mengedepankan keinginan pribadi, dia cenderung terpengaruh dan ikut mengikuti hawa nafsu.

3. Kurangnya Pemahaman tentang Ajaran Agama: Ketidaktahuan atau kurangnya pemahaman tentang ajaran agama Islam juga dapat membuat seseorang mudah tergoda dan mengikuti hawa nafsunya. Jika seseorang tidak menyadari betapa pentingnya mengikuti petunjuk Allah dan menjauhi hawa nafsu, dia akan mudah terjebak dalam pola pikir sesaat yang merugikan.

Baca Juga:  Motor Matic Terbaik 2023: Pilihan Terbaik untuk Anda

Bagaimana Menghindari Ittiba al Hawa?

Untuk menghindari ittiba al hawa dan menjaga keselamatan rohani, seorang Muslim perlu melakukan beberapa langkah berikut:

1. Memperdalam Pengetahuan Agama: Seorang Muslim harus mempelajari ajaran agama Islam dengan baik dan memperdalam pemahamannya tentang petunjuk Allah. Dengan pemahaman yang baik, seseorang akan lebih mampu membedakan antara keinginan nafsu dan petunjuk Allah, serta dapat mengambil keputusan yang bijaksana.

2. Menghindari Lingkungan yang Negatif: Penting bagi seorang Muslim untuk menghindari lingkungan yang tidak mendukung praktik agama dan lebih mengedepankan hawa nafsu. Mencari lingkungan yang positif dan terjaga moralitasnya akan membantu seseorang tetap berada pada jalan yang benar.

3. Menguatkan Iman dan Taqwa: Memperkuat iman dan taqwa adalah kunci untuk menghindari ittiba al hawa. Dengan memiliki iman dan taqwa yang kuat, seseorang akan lebih mampu menahan godaan nafsu dan tetap menjalankan perintah Allah.

4. Mengingat Akhirat: Selalu mengingat tujuan akhir hidup, yaitu kehidupan di akhirat, akan membantu seseorang untuk menghindari ittiba al hawa. Kesadaran akan adanya akhirat akan mendorong seseorang untuk lebih fokus pada perbuatan yang baik dan menjauhi keinginan nafsu yang sementara.

Kesimpulan

Ittiba al Hawa artinya mengikuti hawa nafsu. Dalam konteks agama Islam, ittiba al hawa adalah tindakan mengikuti dan mentaati keinginan dan kehendak nafsu, tanpa mempertimbangkan petunjuk dan perintah Allah. Hal ini dianggap sebagai tindakan tidak patuh terhadap Allah dan ancaman bagi keselamatan rohani seseorang.

Mengikuti hawa nafsu dapat menghancurkan hubungan seseorang dengan Allah dan mengarahkan mereka pada kesesatan. Oleh karena itu, penting bagi seorang Muslim untuk menghindari ittiba al hawa dengan memperdalam pengetahuan agama, menghindari lingkungan yang negatif, menguatkan iman dan taqwa, serta selalu mengingat tujuan akhir hidup, yaitu kehidupan di akhirat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *